Sunday, February 13, 2011

PATELLOFEMORAL PAIN SYNDROME | NYERI TEMPURUNG LUTUT

Cedera dan nyeri pada lutut banyak yang ternyata merupakan suatu Patellofemoral Pain Syndrome atau nyeri terletak pada daerah tulang tempurung lutut. Tempurung lutut atau patella adalah tulang segitiga kecil di bagian depan lutut yang bergerak pada saat fleksi lutut. Patella  meluncur naik turun di sepanjang trek di ujung tulang paha (femur) dan membuat otot paha depan (quadriceps) bekerja untuk meluruskan kaki. Patella  juga melindungi tulang lainnya di lutut terhadap tabrakan dan jatuh.  Read More Read More


             Sindroma   nyeri patellofemoral (PFPS) terjadi ketika tulang rawan patella mendapat  beban berlebih karena terlalu banyak digunakan (seringkali disebabkan oleh aktivitas yang tinggi) atau sebagai hasil dari keseimbangan pergerakan yang buruk. Olahraga dengan dampak tinggi / high impact (seperti sepakbola, bola basket, sepak bola, tenis dan berjalan)  dapat memperburuk kondisi nyeri patellofemoral. Selain itu, berjalan pada permukaan yang tidak rata, seperti mendaki bukit atau berolah raga pada permukaan yang berbeda (seperti  dari rumput pindah ke lapangan keras di tenis) juga dapat meningkatkan kemungkinan nyeri patellofemoral.           
            Patellofemoral pain syndrome  merupakan keluhan yang sering dijumpai pada sendi lutut baik pada atlit maupun yang non atlit. 25 % pasien yang mengeluhkan nyeri lutut pada klinik kedokteran olahraga di diagnosa sebagai penyakit ini, dan wanita 2 kali lebih sering terkena gejala ini daripada pria. Pada umumnya lebih disebabkan overuse injury karena beban berlebih pada sendi patellofemoral yang berulang-ulang
Gejala yang khas adalah adanya rasa nyeri di belakang patella atau sekitar patella yang bertambah saat berlari dan beraktifitas yang melibatkan aktivitas menekuk lutut. Gejala ini dirasakan secara bertahap, meski pada beberapa kasus disebabkan oleh trauma dan dapat terjadi pada kedua lutut. Dapat terjadi kekakuan sendi, juga terjadi pada penderita yang duduk lama dengan lutut ditekuk (seperti duduk lama saat nonton bioskop, kadang disebut juga “theather sign”). Nyeri disebabkan aktivitas yang menyebabkan beban berlebihan pada sendi lutut, seperti menaiki dan menuruni anak tangga, jongkok atau berlari.
Penderita biasanya sulit menjelaskan dimana lokasi nyeri lututnya, kadang-kadang mereka hanya bisa menunjuk lutut bagian depan saja atau menunjuk daerah sekitar patella ( circle sign).  Pembengkakan lutut bukan tanda khas dari PFPS, meski pada beberapa kasus ditemukan pembengkakan lutut. Lingkup Gerak Sendi/Range of Motion (ROM ) sendi lutut biasanya full.

Kunci sukses pengobatan patellofemoral pain syndrome adalah dengan mengurangi gejala dan memaksimalkan fungsi  pasien secara individu. Penatalaksanaan patellofemoral pain ada 2 cara yaitu cara non operatif dan operatif.  
Fase Akut
Pada fase ini mengurangi beban sendi patellofemoral dan jaringan sekitarnya merupakan langkah awal yang harus diberikan agar dapat mengurangi nyeri. Pada fase ini sebaiknya diberikan RICE (Rest, Ice, Compression dan Elevation). Dan hindari HARM (Heat, Alcohol, Running dan Massage).
Rest (istirahat) adalah untuk  mengurangi energi yang dibutuhkan di daerah yang terkena cedera agar terhindar dari peningkatan aliran darah ke daerah tersebut yang tidak perlu.
Ice (Es) dapat membantu terjadinya vasokontriksi pembuluh darah sehingga dapat mengurangi perdarahan dan akumulasi jaringan parut yang tidak perlu. Es harus segera diberikan sesudah terjadinya cedera selama 20 menit setiap 3-4 jam.
Compression (tekanan) yaitu dengan pembalutan, tapi harus diyakini pembalutan ini tidak terlalu ketat. Hal ini dilakukan agar dapat mengurangi pembengkakan,
Elevation (meninggikan) yaitu meninggikan tungkai bawah agar lebih tinggi dari jantung, sehingga aliran darah lebih cepat kembali ke jantung. Sehingga dapat mengurangi pembengkakan dan perdarahan.

Fase Subakut
Stabilisasi neuromuskuler lutut dan ektremitas bawah adalah hal penting. Setiap grup otot harus dilatih untuk menopang sebagian atau seluruh berat badan. Pasien harus selalu tetap dimonitor agar program penyembuhannya berjalan dengan aman.
           
Fase Kronis

Terapi Operatif
     Perlu dipertimbangkan untuk merujuk pasien ke bagian bedah orthopedic bila terapi konservatif gagal dalam 4-6 bulan dan jelas sekali adanya lesi.
 Taken from dr Hendi Indiarsa paper

1 comment: